Minggu, 23 Maret 2014

Teori Ekologi Bronfenbrenner


Teori Ekologi Bronfenbrenner

Kelompok 15
Ketua : Mariah Ulfah 131301059
Anggota : - Tri Yuspiani 131301023
                  - Nurul Hasanah 131301035
                  - Niessya Ridhania 131301069
                  - Anggreini Ade Putri 131301081

Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner yang berfokus pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak.

Teori Ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Bronfenbrenner menyebut sistem-sistem itu sebagai mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.

1.      Mikrosistem : setting dimana individu hidup. Mikrosistem adalah       yang paling dekat dengan pribadi anak yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya yang sehari-hari ditemui anak. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial berlangsung, misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru.  Contohnya adalah saya lebih sering berinteraksi dengan kakak saya sewaktu kecil, karena mama saya pergi bekerja. Jadi saya lebih sering ditinggal dengan kakak. Kakak saya orangnya agak sedikit mudah terpancing emosinya, jadi menurut saya itu berpengaruh dengan perkembangan saya, karena sekarang saya menjadi orang yang mudah terpancing emosinya apabila ada hal yang membuat saya tidak senang. 

2.     Mesosistem : interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah apabila saya berinteraksi dengan teman-teman diluar sekolah saya, biasanya saya bisa tertawa atau bercerita dengan lepas, kebiasaan ini jadi berpengaruh kepada cara berinteraksi saya ke teman-teman saya di sekolah. Jadinya, di sekolah saya juga biasa bercerita atau tertawa dengan lepas. Atau dalam contoh lain, ketika saya ada masalah di rumah, maka saya jadi agak pendiam di sekolah karena terlalu memikirkan masalah tersebut, begitu juga sebaliknya.


3.     Ekosistem : ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain – dimana individu tidak memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Sederhananya adalah menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di dalamnya contohnya seperti tempat kerja orangtua. Misalnya seperti saya, ibu saya adalah seorang wanita pekerja. Hal ini sangat berpengaruh bagi saya karena dengan ibu saya yang selalu bekerja jadi saya menjadi tidak begitu dekat dengan ibu saya. Bahkan saya lebih dekat dengan kakak saya karena apabila ibu bekerja, saya selalu dengan kakak saya.

4.     Makrosistem : mencakup kultur yang lebih luas. Hal ini berkaitan dengan budaya dalam lingkungan seseorang berkembang akan memengaruhi perkembangannya. Contohnya dalam pengalaman saya adalah dalam budaya saya apabila sedang makan bersama, orang yang lebih tua diutamakan untuk mengambil sajian duluan. Jadi sampai sekarang hal itu selalu terbawa-bawa kepada kehidupan saya sehari-hari yang tidak berada dalam lingkungan adat. Hal ini sangat berpengaruh dengan saya, karena dengan adanya budaya yang seperti itu, saya menjadi lebih santun dengan orang yang lebih tua.

5.     Kronosistem : mempengaruhi kadar stabilitas atau perubahan dalam dunia seseorang. Hal ini dapat mencakup perubahan-perubahan dalam  komposisi keluarga, tempat tinggal, atau pekerjaan orang tua, serta peristiwa-peristiwa yang lebih besar seperti bencana alam. Contohnya dalam pengalaman saya adalah saat SMA saya sangat sering berpindah-pindah sekolah karena orangtua saya yang pindah tugas. Jadi saya sangat sering berhadapan dengan lingkungan yang baru. Hal ini sangat berpengaruh kepada kehidupan saya, awalnya saya memang agak susah dalam beradaptasi dengan lingkungan saya yang baru, akan tetapi lama kelamaan saya menjadi terbiasa dengan keadaan seperti ini. Jadinya sekarang, saya bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan bergaul dengan teman-teman yang baru.


Sekian cerita pengalaman saya yang saya kaitkan dengan teori Bronfenbenner. Terimakasih.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar